Harap dibaca dengan penuh perasaan yaaa supaya kalian bisa memahami makna yang terkandung di dalam cerpen ini.. Saran yaaa jangan lupa.. Oke, CHECK IT OUT!!
Sis, I Wanna Be Your Guard
Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 tetapi seorang anak laki-laki masih terlelap dibawah selimutnya.
"Abi....Abi....bangun kau tidak sekolah?", Ratna membangunkannya dengan lembut. "Sebentar lagi kak. Beberapa menit lagi."jawab Abi malas. Ratna menarik selimut bermotif serigala adiknya. Abi pun membuka matanya tapi tidak langsung bangun. Tapi menggeliat dulu, mengucek matanya, mengacak rambutnya, baru bangun. Itupun setelah duduk menjatuhkan badannya lagi ke kasur, tapi Ratna kemudian menopang punggungnya. "Jangan tidur lagi atau kita telat bersama" Abi membuka matanya lalu berjalan ke kamar mandi. Ratna memang lembut tapi juga tegas pada adiknya.
Di meja makan, "Ibu membuatkan sarapan kalian nasi goreng sosis, itu makanan kesukaan kalian kan ?".
"Makasi ma" jawab Ratna dan Abi bersamaan.
"Ayah berangkat duluan ya nanti telat" pamit sang ayah pada keluarganya.
Di meja makan, "Ibu membuatkan sarapan kalian nasi goreng sosis, itu makanan kesukaan kalian kan ?".
"Makasi ma" jawab Ratna dan Abi bersamaan.
"Ayah berangkat duluan ya nanti telat" pamit sang ayah pada keluarganya.
Setelah makan, mereka langsung berpamitan pergi sekolah dengan ibunya.
"Bi, kita berpisah disini ya" kata Ratna saat dipersimpangan. Kampus Ratna belok kiri sedangkan sekolah Abi lurus saja karena itulah mereka selalu berangkat sekolah bersama. "Iya kak." Abi mengangguk. Berselisih. 100 meter Abi berjalan, dia melihat sekelompok berandalan. Tapi Abi berusaha tetap tenang dan meneruskan perjalanannya.
"Hei kau" panggil salah satu berandalan itu. "Mau ke sekolah ya ?" tanya mereka iseng. "Iya" jawab Abi seraya berjalan menjauhi mereka. "Hoi" lagi-lagi salah satu dari mereka menahan tangannya, Abi kaget dan berusaha melepaskan diri tetapi mereka mengepungnya. "Minggir kalian", "kau pikir semudah itu".
Para berandalan itu mulai menggodanya tiba-tiba "sakit" teriak salah satunya sambil memegangi tempurungnya, orang itu berjongkok mengambil benda yang mengenai kepalanya ternyata kerikil. "Lepaskan dia atau kalian akan tahu akibatnya", Ratna sudah ada dibelakang mereka.
"Kau siapa ?" jelas nada mereka meremehkan, "aku kakaknya" jawab Ratna santai tapi berani. "Oh, lalu kau mau apa?" tantang salah satunya lagi. Ratna mengambil lengan Abi "kakak...." Abi meringis cemas.
Ratna memegang pundaknya, menenangkan. Mereka lalu menantang Ratna tapi tak disangka ternyata Ratna sangat berani dan kuat.
Salah satu dari mereka berusaha memukulnya tapi Ratna menahan tangannya lalu meremasnya, begitu pula yang lain setiap berusaha menyentuh Ratna atau Abi mereka babak belur. "Sekarang pergi kalian atau aku hajar kalian lebih dari ini". Tantang Ratna galak, mereka pun terbirit-birit karena gadis itu ternyata hebat dalam hal bela diri.
"Nah Abi sekarang kau aman, ahh aku telat, sampai nanti." Abi pun langsung berlari karena takut telat. Benar dugaannya, Ratna telat sampai kampus, saat dia mau masuk ke kelasnya kegiatan sudah dimulai, Ratna pun ragu-ragu mau masuk. "Terus kapan aku mau masuk ?, kalau begini malah bisa ketahuan kan?" batin Ratna dalam hati.
Ratna akhirnya memutuskan masuk, beruntung saat Ratna masuk dosennya sedang mejelaskan sambil berjalan ke belakang kelas, dan kursi Ratna ditengah. Sehingga boleh jadi dia sedikit terabaikan. Begitu sampai dikursinya Ratna langsung duduk. Sang dosen kembali ke depan kelas tanpa menyadari apa yang terjadi, fuih....selamat.
Di sekolah Abi langsung nimbrung bareng temannya. "kemarin aku jalan-jalan berdua saja sama Dede" cerita Dodi. "Lalu ?" tanya Ryo, "kami main, makan, pokoknya have fun deh" Dede antusias.
"Aku juga kemarin dengan kakak ku dan Reni lihat lumba-lumba, anjing laut, singa laut, kuda nil dan aneka satwa lainnya", Ryo ikut antusias. "habis itu nonton film 3 dimensi terakhir ke akuarium raksasa. Tahu nggak? sebelumnya kita makan dulu di restoran seafood disitu". Yang lain sampai bengong dengar cerita Ryo. "Orang tua kami juga ikut sih tetapi kami beda tujuan" lanjut Ryosuke.
Kau bagaimana Soni?" tanya Dodi. "Kalau aku ke amusement park sama adikku yang 2 orang itu".
"Kami naik semua wahana dan baru pulang setelah semua lampu dimatikan" Soni tertawa jahil. "Dan aku tidak menyangka Nao ternyata berani sekali, dia selalu tertarik pada wahana-wahana ekstrim dan menaiki roller coaster sampai 6 kali padahal aku dan Rama sudah jantungan melihatnya".
Abi hanya diam mendengar cerita mereka. Romansa kakak beradik memang indah bahkan daripada pacaran sekalipun, tapi Abi ingin sesekali dia yang melindungi kakaknya, karena dia laki-laki. Tepukan Dodi mengagetkannya, "bagaimana denganmu, Bi?"
"Hah aku? ya begitu kalian tahu kan aku dan kakakku memang dekat kemarin kami juga jalan-jalan sekeluarga ke water park. Dan kami bersenang-senang juga".
Abiikut bercerita tak kalah serunya.
Sepulang sekolah....
"Bagaimana sekolahmu?" tanya Ratna di perjalanan pulang.
"Baik, aku dapat nilai 100 lagi untuk tes minggu lalu".
"Hebat" Ratna mengelus rambut Abi.
"kakak".
"Ada apa?".
"Aku ingin melindungimu" Ratna bengong sebengong-bengongnya mendengar pengakuan Abi.
"Kenapa tiba-tiba berkata begini".
"Karena aku laki-laki, bukankah laki-laki harus melindungi perempuan?".
"Tapi aku adalah kakakmu, tidak peduli jenis kelamin, melindungi adiknya adalah tugas kakak". jawab Ratna tegas.
Sepanjang perjalanan menuju rumah, Ratna menggenggam tangan Abi.
"Bagaimana sekolahmu?" tanya Ratna di perjalanan pulang.
"Baik, aku dapat nilai 100 lagi untuk tes minggu lalu".
"Hebat" Ratna mengelus rambut Abi.
"kakak".
"Ada apa?".
"Aku ingin melindungimu" Ratna bengong sebengong-bengongnya mendengar pengakuan Abi.
"Kenapa tiba-tiba berkata begini".
"Karena aku laki-laki, bukankah laki-laki harus melindungi perempuan?".
"Tapi aku adalah kakakmu, tidak peduli jenis kelamin, melindungi adiknya adalah tugas kakak". jawab Ratna tegas.
Sepanjang perjalanan menuju rumah, Ratna menggenggam tangan Abi.
Sekarang sudah malam, sudah saatnya tidur, Ratna sedang membereskan kasur lipat mereka,Abi memeluknya dari belakang. "Ada apa dek?".
"Tidak ada apa-apa".
"Kasurnya sudah beres ayo tidur".
"Tidak ada apa-apa".
"Kasurnya sudah beres ayo tidur".
Pagi hari..
"Abi bangun sekarang kan liburan Ibu dan Ayah mengajak kita ke rumah nenek". Ratna mengguncang tubuhnya. Abi bangun tapi tampangnya awut-awutan. Di mobil pun dia tidur dipangkuan Ratna. Perjalanan ke rumah neneknya memang cukup lama dan memakan waktu kurang lebih 5 jam. "Bi sudah sampai, hei kau mau kugendong kedalam?", Abi bangun walau keadannya kacau balau.
Akhirnya Ratna memilih memegangi Abi sampai masuk lalu merebahkannya ke kasur, baru menurunkan kopernya dan Abi.
"kakak" panggil Abi keesokan harinya Abi menghampirinya di meja makan.
"Kemarin seharian kau tidur sampai tidak makan malam, ada apa ?".
Abi hanya menggeleng.
"Baik, kalau begitu langsung sarapan dan kita main".
Abi dan Ratna bermain di pinggir pantai , mereka asyik bermain sampai lupa waktu. Dan tanpa sengaja Abi jatuh ke laut, Ratna panik dan langsung berenang menolongnya.
Ratna berhasil dan untung Abi tidak apa-apa tapi ini semakin membuatnya takut.
"Bu, apa Abi baik-baik saja? " tanya Saya malamnya. "Ibu pikir adikmu hanya kelelahan." Kemudian Ratna masuk ke kamar adiknya dan memeluknya, mungkin Abi tidak merasa karena sudah tidur.
"Abi bangun sekarang kan liburan Ibu dan Ayah mengajak kita ke rumah nenek". Ratna mengguncang tubuhnya. Abi bangun tapi tampangnya awut-awutan. Di mobil pun dia tidur dipangkuan Ratna. Perjalanan ke rumah neneknya memang cukup lama dan memakan waktu kurang lebih 5 jam. "Bi sudah sampai, hei kau mau kugendong kedalam?", Abi bangun walau keadannya kacau balau.
Akhirnya Ratna memilih memegangi Abi sampai masuk lalu merebahkannya ke kasur, baru menurunkan kopernya dan Abi.
"kakak" panggil Abi keesokan harinya Abi menghampirinya di meja makan.
"Kemarin seharian kau tidur sampai tidak makan malam, ada apa ?".
Abi hanya menggeleng.
"Baik, kalau begitu langsung sarapan dan kita main".
Abi dan Ratna bermain di pinggir pantai , mereka asyik bermain sampai lupa waktu. Dan tanpa sengaja Abi jatuh ke laut, Ratna panik dan langsung berenang menolongnya.
Ratna berhasil dan untung Abi tidak apa-apa tapi ini semakin membuatnya takut.
"Bu, apa Abi baik-baik saja? " tanya Saya malamnya. "Ibu pikir adikmu hanya kelelahan." Kemudian Ratna masuk ke kamar adiknya dan memeluknya, mungkin Abi tidak merasa karena sudah tidur.
Esoknya...
"Ratna...Abi kalian sudah bereskan barang kalian?" Ibu berteriak dari kamarnya. "Iya....iya....aku bereskan" Ratna keluar dari dapur sambil makan takoyaki, lalu mengajak Abi juga membereskan kopernya.
Di mobil semuanya diam. Ayah jelas sedang mengemudi, tapi yang lain mungkin efek masih lelah.
"Ratna...Abi kalian sudah bereskan barang kalian?" Ibu berteriak dari kamarnya. "Iya....iya....aku bereskan" Ratna keluar dari dapur sambil makan takoyaki, lalu mengajak Abi juga membereskan kopernya.
Di mobil semuanya diam. Ayah jelas sedang mengemudi, tapi yang lain mungkin efek masih lelah.
"Abi ayo turun", Ratna menyuruh turun adiknya dari atas pohon.
"Tapi aku takut jatuh".
"Kalau sudah tahu takut ngapain manjat-manjat ?".
"Aku kan juga ingin merasakan serunya masa kecil."
"Tapi aku takut jatuh".
"Kalau sudah tahu takut ngapain manjat-manjat ?".
"Aku kan juga ingin merasakan serunya masa kecil."
Ratna garuk-garuk kepala. "Tapi nggak dengan manjat pohon pinus, sekarang ayo turun".
"Huaa kakak.", Abi mulai merengek.
"Kakak tangkap dengan tangan yaa." Ratna menjulurkan kedua tangannya.
Abi sempat bengong tapi akhirnya melompat juga.
Hup, Abi mendarat di tangan kakaknya.
"Tidak apa-apa kan? Sekarang ayo pulang nanti kita dimarahi Ibu.
"Abi bangun, sudah sampai rumah", Abi bangun lagi-lagi dia tertidur dipangkuan Ratna.
Sampai kamar, Abi memikirkan mimpinya itu. Kejadian dimimpinya itu sudah 13 tahun yang lalu, dari kecil selalu Ratna yang menjaganya sampai sekarang pun begitu, dan selalu begitu. Memang Ratna adalah kakak dan menjaga adik adalah tugas kakak. Tapi....sekali-sekali Abi ingin terlihat hebat sebagai laki-laki.
"Tidak usah ingin terlihat hebat" Ratna mengelus rambut Abi.
"Kau jadi adik yang manis itu juga sudah menjaga kakak".Abi memandang Ratna dengan tatapan penuh arti.
"Kau tidak melakukan hal aneh-aneh itu sudah menjaga hati kakak." Ratna seolah bisa membaca pikiran Abi.
"Sudah sana jangan sampai telat". Ratna melepas Abi dipersimpangan jalan antara kampusnya dan sekolahan adiknya.
"Bi nanti kita jalan yuk" ajak Ryo. "Iya kita ke mall" timpal Soni. "Baik aku juga sedang tidak ada kerjaan" kedua sahabatnya tersenyum mendengar jawaban Abi.
"Abi enak ya punya kakak seperti kak Ratna", kata Dodi. Mereka sedang duduk didepan salah satu mall disitu.
"Huaa kakak.", Abi mulai merengek.
"Kakak tangkap dengan tangan yaa." Ratna menjulurkan kedua tangannya.
Abi sempat bengong tapi akhirnya melompat juga.
Hup, Abi mendarat di tangan kakaknya.
"Tidak apa-apa kan? Sekarang ayo pulang nanti kita dimarahi Ibu.
"Abi bangun, sudah sampai rumah", Abi bangun lagi-lagi dia tertidur dipangkuan Ratna.
Sampai kamar, Abi memikirkan mimpinya itu. Kejadian dimimpinya itu sudah 13 tahun yang lalu, dari kecil selalu Ratna yang menjaganya sampai sekarang pun begitu, dan selalu begitu. Memang Ratna adalah kakak dan menjaga adik adalah tugas kakak. Tapi....sekali-sekali Abi ingin terlihat hebat sebagai laki-laki.
"Tidak usah ingin terlihat hebat" Ratna mengelus rambut Abi.
"Kau jadi adik yang manis itu juga sudah menjaga kakak".Abi memandang Ratna dengan tatapan penuh arti.
"Kau tidak melakukan hal aneh-aneh itu sudah menjaga hati kakak." Ratna seolah bisa membaca pikiran Abi.
"Sudah sana jangan sampai telat". Ratna melepas Abi dipersimpangan jalan antara kampusnya dan sekolahan adiknya.
"Bi nanti kita jalan yuk" ajak Ryo. "Iya kita ke mall" timpal Soni. "Baik aku juga sedang tidak ada kerjaan" kedua sahabatnya tersenyum mendengar jawaban Abi.
"Abi enak ya punya kakak seperti kak Ratna", kata Dodi. Mereka sedang duduk didepan salah satu mall disitu.
"Iya aku juga ingin coba punya kakak perempuan" kata Soni. "Kau kan sudah punya Nao", Ryo keheranan. "Tapi kan beda rasanya kakak dan adik." jawab Soni cepat.
"Rasanya memang enak, tapi aku ingin melindungi kakak ku".
"He kenapa?" tanya mereka bersamaan. "Aku ingin sekali-sekali terlihat hebat".
"Sampai nanti", Abi melambaikan tangannya ketika mereka berpisah di jalan. "Daaaa Abi" balas teman-temannya.
Abi berjalan kearah rumahnya, ketika rumahnya sudah didepan mata "awas Bi! " Ratna meraih pinggang Abii. Lalu berjongkok mengambil kulit pisang yang tadi hampir terinjak Abi dan membuangnya ke tempat sampah depan rumah mereka. "Lagi-lagi kakak yang melindungiku." gerutu Abi dalam hati. Meskipun hal kecil tapi tetap membuatnya merasa tidak enak.
"Ratna....Abi makan malam sudah siap", panggil Ibu dari bawah. Mereka pun segera turun disana juga sudah ada Ayah. "Ayah sudah selesai, kalian akur-akurlah berdua" Ayah meninggalkan meja makan.
"Dek besok kita jalan-jalan yuk" ajak Ratna. "Berdua saja ?" tanya Abi heran, "iya kau mau kan jalan dengan kakakmu?" Ratna flirting ke Abi. Abi mengangguk semangat. "Aku mau" jawab Abi senang.
Paginya Abi bangun dengan hati berbunga-bunga. Setelah mandi dan pakai baju jalan Abi bercermin, "kak, kali ini aku yang akan melindungimu" kata Abi pada refleksinya.
"Rasanya memang enak, tapi aku ingin melindungi kakak ku".
"He kenapa?" tanya mereka bersamaan. "Aku ingin sekali-sekali terlihat hebat".
"Sampai nanti", Abi melambaikan tangannya ketika mereka berpisah di jalan. "Daaaa Abi" balas teman-temannya.
Abi berjalan kearah rumahnya, ketika rumahnya sudah didepan mata "awas Bi! " Ratna meraih pinggang Abii. Lalu berjongkok mengambil kulit pisang yang tadi hampir terinjak Abi dan membuangnya ke tempat sampah depan rumah mereka. "Lagi-lagi kakak yang melindungiku." gerutu Abi dalam hati. Meskipun hal kecil tapi tetap membuatnya merasa tidak enak.
"Ratna....Abi makan malam sudah siap", panggil Ibu dari bawah. Mereka pun segera turun disana juga sudah ada Ayah. "Ayah sudah selesai, kalian akur-akurlah berdua" Ayah meninggalkan meja makan.
"Dek besok kita jalan-jalan yuk" ajak Ratna. "Berdua saja ?" tanya Abi heran, "iya kau mau kan jalan dengan kakakmu?" Ratna flirting ke Abi. Abi mengangguk semangat. "Aku mau" jawab Abi senang.
Paginya Abi bangun dengan hati berbunga-bunga. Setelah mandi dan pakai baju jalan Abi bercermin, "kak, kali ini aku yang akan melindungimu" kata Abi pada refleksinya.
Ratna dan Abi berjalan mengelilingi mall, setelah selesai mereka akhirnya pulang. "Abi bagaimana hari ini ?" Ratna bertanya pada adiknya "aku senang sekali" Abi pun terlihat bahagia.
Ditengah perjalanan pulang celakanya ada perkelahian antar kelompok. "Bi....kita lewat jalan lain saja yuk" ajak Ratna khawatir. "Tapi lewat mana kak?" Abi bingung karena hampir semua jalan yang mereka tahu telah dikuasai 2 kelompok tersebut. Akhirnya mereka hanya terpaku ditempat selama beberapa waktu.
Gawatnya tiba-tiba senjata api salah satu dari mereka mengarah ke Ratna, Ratna ingin menghindar tapi terlambat beberapa detik dan DOOR selanjutnya Ratna terkejut dengan pemandangan didepannya. "AAAAHH ABI!" teriaknya histeris, ternyata Abi menghalangi tembakan itu, tapi tembakan itu mengenai tepat mengenai jantungnya, darah mengalir dari sudut bibirnya. "kakak....aku su....dah berha....sil....melindungimu".
"Tidak Abi...." Ratna memegangi tubuh Abi yang semakin lama makin melemas.
Dengan segera Ratna menghubungi 911 untuk meminta ambulans datang dari rumah sakit terdekat. Ambulans pun datang, Didalamnya Ratna langsung menelepon orang tua mereka, Ayah dan ibu mereka kaget bukan kepalang, tapi tidak ada waktu untuk kaget sekarang.
Ditengah perjalanan pulang celakanya ada perkelahian antar kelompok. "Bi....kita lewat jalan lain saja yuk" ajak Ratna khawatir. "Tapi lewat mana kak?" Abi bingung karena hampir semua jalan yang mereka tahu telah dikuasai 2 kelompok tersebut. Akhirnya mereka hanya terpaku ditempat selama beberapa waktu.
Gawatnya tiba-tiba senjata api salah satu dari mereka mengarah ke Ratna, Ratna ingin menghindar tapi terlambat beberapa detik dan DOOR selanjutnya Ratna terkejut dengan pemandangan didepannya. "AAAAHH ABI!" teriaknya histeris, ternyata Abi menghalangi tembakan itu, tapi tembakan itu mengenai tepat mengenai jantungnya, darah mengalir dari sudut bibirnya. "kakak....aku su....dah berha....sil....melindungimu".
"Tidak Abi...." Ratna memegangi tubuh Abi yang semakin lama makin melemas.
Dengan segera Ratna menghubungi 911 untuk meminta ambulans datang dari rumah sakit terdekat. Ambulans pun datang, Didalamnya Ratna langsung menelepon orang tua mereka, Ayah dan ibu mereka kaget bukan kepalang, tapi tidak ada waktu untuk kaget sekarang.
Didalam ambulans Ratna terus memandang Abi sambil terus berdoa semoga adiknya tidak apa-apa. Abi memang masih hidup, tapi pasti sulit bernafas dengan kondisi jantung seperti itu dan pendarahan di jantungnya membuat terllihat pucat pasi. Ambulans akhirnya sampai di rumah sakit.
Ketiga keluarga Abi masih menunggu diluar karena operasinya belum selesai. "Bu maafkan aku kalau saja aku bisa berpikir lebih cepat tidak akan begini jadinya"Ratna berkata dengan penuh penyesalan, "semua bukan salahmu nak ini memang sudah takdir" Ibu menenangkan walau dia sendiri sangat takut.
Ketika dokter keluar Ayah dan ibu langsung menanyakan kondisi Abi. Sang dokter dengan penuh penyesalan berkata kalau Abi tidak selamat alias meninggal. "Jantungnya berhenti berdetak setelah pelurunya kami angkat". Penjelasan sang dokter membuat keluarganya shock, Ratna langsung berlari kedalam ingin melihat adiknya, sampai dekat ranjang dia terdiam beberapa detik sebelum akhirnya ia duduk terpaku di lantai.
Ratna tidak tahu lagi harus bagaimana, menangis pun percuma, tidak akan mengembalikan Abi. Tapi kalau tidak menangis rasanya sakit sekali. Seseorang menyentuh pudaknya dari belakang, ternyata ayah "sudahlah" kata ayah sambil membantunya berdiri, 5 detik, 4 detik, 3 detik, 2 detik, 1 detik, Ratna akhirnya menangis sekuat-kuatnya dipelukan ayahnya.
Sudah setahun setelah kejadian itu, terkadang Ratna masih berpikir itu salahnya. Ratna baru selesai berdoa untuk Abi, lalu dia mengambil foto adiknya dan mengusapnya lembut.
Abi sudah setahun setelah kejadian itu, dan kakak masih belum bisa melupakannya. Entah sampai kapan kakak bisa melespaskan pikiran 'ini salahku'. Abi kenapa kau melakukan itu? Kau tidak perlu melakukan itu sayang. Kebahagiaanmu adalah ingin sesekali melindungi kakak, bukan? Tapi kebahagiaan kakak sendiri adalah bisa bersamamu sampai....apakah sekarang saatnya? Tapi menurutku ini terlalu cepat, dan kenapa harus dengan cara seperti ini?
Sadar atau tidak air mata Ratna menetes.
Ketiga keluarga Abi masih menunggu diluar karena operasinya belum selesai. "Bu maafkan aku kalau saja aku bisa berpikir lebih cepat tidak akan begini jadinya"Ratna berkata dengan penuh penyesalan, "semua bukan salahmu nak ini memang sudah takdir" Ibu menenangkan walau dia sendiri sangat takut.
Ketika dokter keluar Ayah dan ibu langsung menanyakan kondisi Abi. Sang dokter dengan penuh penyesalan berkata kalau Abi tidak selamat alias meninggal. "Jantungnya berhenti berdetak setelah pelurunya kami angkat". Penjelasan sang dokter membuat keluarganya shock, Ratna langsung berlari kedalam ingin melihat adiknya, sampai dekat ranjang dia terdiam beberapa detik sebelum akhirnya ia duduk terpaku di lantai.
Ratna tidak tahu lagi harus bagaimana, menangis pun percuma, tidak akan mengembalikan Abi. Tapi kalau tidak menangis rasanya sakit sekali. Seseorang menyentuh pudaknya dari belakang, ternyata ayah "sudahlah" kata ayah sambil membantunya berdiri, 5 detik, 4 detik, 3 detik, 2 detik, 1 detik, Ratna akhirnya menangis sekuat-kuatnya dipelukan ayahnya.
Sudah setahun setelah kejadian itu, terkadang Ratna masih berpikir itu salahnya. Ratna baru selesai berdoa untuk Abi, lalu dia mengambil foto adiknya dan mengusapnya lembut.
Abi sudah setahun setelah kejadian itu, dan kakak masih belum bisa melupakannya. Entah sampai kapan kakak bisa melespaskan pikiran 'ini salahku'. Abi kenapa kau melakukan itu? Kau tidak perlu melakukan itu sayang. Kebahagiaanmu adalah ingin sesekali melindungi kakak, bukan? Tapi kebahagiaan kakak sendiri adalah bisa bersamamu sampai....apakah sekarang saatnya? Tapi menurutku ini terlalu cepat, dan kenapa harus dengan cara seperti ini?
Sadar atau tidak air mata Ratna menetes.
"Ratna cepat ganti baju kita akan ke pesta keluarga" Ibu menyadarkan lamunannya "iya" jawab Ratna lalu berlari kekamarnya untuk ganti baju. Setelah selesai mereka bertiga masuk ke mobil dan segera menuju tempat pesta itu.
"Kak, aku sudah berhasil melindungimu."
0 komentar:
Post a Comment